Minggu, 09 Januari 2011

Taman Nasional Danau Sentarum
“Kalian adalah orang – orang yang beruntung, saya yang sudah bertahun – tahun disini saja baru pertama kali melihat pemandangan danau sentarum seindah ini”, itulah kata – kata yang keluar dari mulut sang pengemudi long boat yang kami tumpangi saat kami kembali ke mes taman nasional seusai berkunjung ke rumah panjang dayak iban.
Sudah tidak terasa Pertemuan Mahasiswa Pencinta Alam tingkat universitas se Indonesia sudah yang ke 22 kalinya, yang artinya sudah 22 tahun pertemuan ini rutin digelar setiap tahunnya diberbagai daerah. sama dengan umur saya saat ini. Suatu kebanggaan besar bagi saya dapat mewakili Lawalata dalam acara yang dilakukan rutin setiap tahunnya. Bertemu dengan kawan – kawan baru, alam yang baru, dan bertukar ilmu pengetahuan.
TWKM kali ini dilaksanakan di Pontianak pada tanggal 18 – 26 Oktober 2010. Dan Lawalatapun turut andil dalam kegiatan ini dengan mengirimkan 4 delegasinya. 1 orang sebagai peserta temu wicara, dan 3 orang lainnya sebagai peserta kenal medan. Ada beberapa lokasi kenal medan dalam acara ini, untuk gunung hutan terletak di gunung Bawang, caving dan climbing terletak di Bukut Kelam ( Sintang ), fun diving terletak dibeberapa pulau di Singkawang dan lingkunan hidup berlokasi di Taman Nasional Danau Sentarum. Masing – masing dari ke 3 anggota Lawalata yang mengikuti kenal medang ikut ambil bagian dalam divisi caving dan lingkungan hidup, 1 anggota di caving, dan dualainya di Lingkungan Hidup.
18 oktober 2010 sekitar pukul 22.00 Tim Kenal Medan diberangkatkan menuju lokasi masing – masing divisi. Untuk menuju lokasi kenal medan yaitu Taman Nasional Danau sentarum membutuhkan waktu 24 jam, 18 jam perjalanan darat, dan 6 jam perjalanan air. Semua itu sangat melelahkan, bahkan salah satu dari peserta mengalami kecelakaan bocor kepala akibat terbentur rumah lampu yang terdapat di dalam bus. “di Sumatera Jalannya bagus dan luas, supir buspun jarang yang melakukan kebut – kebutan, disini jalannya jelek dan sempit supir malah kebut-kebutan” kata – kata tersebut terlontar dari seorang peserta yang berasal dari Palaspa Palembang. Entah sebutan apa yang pantas untuk para supir bus disana, dengan mengenakan baju lengan pendek, dan leher dibaluti handuk kecil sambil memegang rokok. Keesokan harinya kamipun tiba di Kabupaten Kapuas hulu, namun bis yang kami gunakan tidak bisa melanjutkan perjalanan karena terjebak banjir. Ojek ketintingpun terpaksa kami gunakan untuk menuju kapal bandung yang sudah menunggu di aliran sungai Kapuas. Perjalanan menuju danau sentarumpun belum selesai, kami harus menaiki kapal bandung selama 6 jam untuk menuju lokasi kegiatan. Dengan perjalanan yang sangat melelahkan pada pagi hari tanggal 20 oktober kamipun tiba di Taman Nasional Danau Sentarum. Namun kelelahan menuju kelokasi tersebut terbayar lebih dengan semua yang ada disana, pemandangan yang indah, sambutan yang sangat ramah, dan kawan – kawan yang selalu ceria walaupun dalam keadaan lelah dan menegangkan.
Taman Nasional Danau Sentarum merupakan Taman Nasional yang memiliki luas 132.000 ha, keunikan dari kawasan ini terdapat banyak sungai – sungai kecil sampai besar, dan merupakan lahan basah ( wetlands ) terbesar di Indonesia atau mungkin di dunia. Hingga saat ini terdapat 675 jenis spesies yang tergolong dalam 97 suku, 154 jenis anggrek. Dari jumlah tersebut 33 jenis merupakan jenis endemik dan 10 jenis merupakan jenis baru. Terdapat berbagai macam tipe habitat di Taman Nasional Danau Sentarum, antara lain Hutan rapak gelgah, Hutan rawa terhalang, hutan rawa tegakan, hutan riparian, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah perbukitan, dan hutan kerangas. Dari segi fauna terdapat 265 jenis ikan, 147 jenis mamalia, 310 jenis burung, dan 31 jenis reptile.
Sesampainya di kantor resort Taman Nasional sambutan hangatpun kami terima dari petugas – petugas disana. Rupanya beberapa dari mereka adalah seorang pencinta alam sewaktu masa perkuliahan, dan kamipun dianggap sebagai saudara oleh mereka sesuai dengan kode etik pencinta alam bahwa sesama pencinta alam adalah saudara. Sepanjang perjanan tumbuhan – tumbuhan dengan vegetasi gambut selalu kami jumpai. Kebosananpun sudah mulai terlihat dibeberapa raut muka peserta. Namun alangkah menakjubkan saat kami menaiki bukit yang berada tepat dibelakang kantor resort. Dari atas bukit tersebut seluruh kawasan taman Nasional Nampak terlihat, pohon – pohon yang tingginya lebih dari 20 m terlihat seperti busa – busa yang mengapung diatas danau. Indahnya danau sentarum dari atas bukit tidak dapat kami nikmati terlalu lama, cuaca yang buruk membuat kami harus segera turun dari bukit dan kembali ke resort. Berenang dan berkeliling danau dengan speed boat selalu kami lakukan setiap hari disana, namun tidak hanya keindahan dan kesenangan yang kami dapatkan. Setiap malam kami disuguhi dengan materi – materi mengenai lingkungan hidup, terutama kondisi Taman Nasional saat ini, tentang kearifan lokal ( local wisdom ) masyarakat disana, flora fauna khas kawasan, sejarah Taman Nasional, pengelolaan taman nasional yang berbasis masyarakat, sampai dengan panen raya dan pembuatan madu organik.
Hari kedua kami berada disana langsung disuguhi dengan materi fotografi pada pagi hari, siang hari sampai dengan sore kamipun langsung melakukan pengambilan gambar disekitar Taman Nasional, dan malam harinya evaluasi hasil pengambilan gambar dilakukan. Tak disangka rupanya banyak evaluasi terhadap gambar yang telah kami ambil, walaupun menurut kami semua ini sudah bagus. Dan keesokannya para pesertapun berlomba – lomba untuk mendapatkan gambar yang terbaik dengan berbekal ilmu baru mengenai fotografi yang didapatkan.
Tidak hanya materi yang kami dapatkan, kamipun diberikan kesempatan secara langsung untuk melihat kehidupan masyarakat disana. Terdapat dua komunitas lokal yang bertempat tinggal di dalam kawasan Taman Nasional, yaitu suku Melayu dan Dayak Iban, Mereka semua telah berada dikawasan tersebut beratus-ratus tahun lamanya, kearifan lokal yang mereka milikipun selalu dipertahankan, dan merekapun menjadi bagian dari ekosistem Danau Sentarum yang tetap mempertahankan kelestarian wilayah tersebut.
Seakan tidak ada habisnya, Danau sentarumpun kembali menunjukan keindahan alamnya, melihat matahari yang terbenam di tengah – tengah danau membuat kami semua terkagum – kagum, seluruh matapun tertuju ke cahaya merah yang keluar dari balik awan. Pemandangan ini sangatlah jarang terjadi, dan kamipun menjadi orang yang sangat beruntung. Kami sempat terdiam beberapa detik karena melihat sun set yang sangat indah, semua terengah – engah dan berusaha mendapatkan moment yang langka ini dalam kamera digital masing – masing. Long boat yang kami gunakanpun diberhentikan di tengah – tengah danua sambil menyaksikan indahnya matahari terbenam.
Tak disangka waktu kami untuk berkunjung ke danau sentarum telah habis, 5 hari berada di Danau Sentarum terasa sangat kurang. malam terakhirpun kami akhiri dengan membakar ikan koman sambil berkarokean sampai pagi. Seluruh peserta dan petugas taman Nasional turut membaur dalam pesta penutupan ini, muka sedihpun terlihat disemua peserta TWKM, seakan tidak ingin meninggalkan Danau Sentarum. Esok paginya pada tanggal 24 Oktober 2010 kamipun kembali ke Pontianak, kesan dan pesan pun banyak kami dapatkat, salahsatunya kembangkan Taman Nasional di daerah kalian agar menjadi seperti Taman Nasional Danau Sentarum, kata – kata itu terucap dari para petugas di sana. Semoga kelestarian dan keindahan alam Kalimantan tetap terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar